Selasa, 27 Maret 2012

PERILAKU POLITIK MASYARAKAT PESISIR KEBUMEN


Sakir
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, UMY

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Perilaku politik merupakan interaksi antara aktor-aktor politik baik masyarakat, pemerintah, dan lembaga dalam proses politik. Paling tidak dalam proses politik ada pihak yang memerintah, ada yang menentang dan ada yang menaati serta mempengaruhi dalam proses politik, baik dalam pembuatan, pelaksanaan dan penegakkan kebijakan. Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.[1]
Partisipasi politik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perilaku politik warga negara. Huntington dan Nelson[2] memberikan definisi bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah.
Dalam kegiatan politik pada struktur dan bentuk apapun, tidak akan terlepas dari tingkah laku manusianya sebagai penggerak kegiatan politik tersebut. Perilaku manusia dalam kehidupan politik ini sebagai perilaku yang tidak  terpisah dari kelompok, golong atau partai. Dalam tinjauan pskologis setiap individu yang berada dalam situasi kebersamaan, akan menunjukkan gejala-gejala yang berbeda dibandingkan dengan individu yang tidak terikat oleh suatu kelompok atau golongan.
Tingkah laku kolektif (collective behavior) seseorang menjadi perhatian juga dalam kegiatan politik, karena tingkah laku kolektif berada pada infrastruktur politik yang berpengaruh secara efektif terhadap situasi politik, sistem politik dan kegiatan politik. Karena jaringan-jaringan yang ada dalam infrastruktur dapat memanfaatkan tingkah laku kolektif seseorang ke arah yang bermanfaat ataukah dimobilisasi untuk maksud-maksud politik di dalam memperoleh kekuasaan politik.
Pada pileg tahun 2004, dari jumlah total anggota DPRD Kabupaten Kebumen yaitu 45 anggota, 23 anggota diantaranya berasal dari masyarakat pasisir.


DAFTAR ANGGOTA DPRD KEBUMEN PERIODE 2004-2009
BERASAL DARI DAERAH PESISIR
NO
NAMA
PARTAI
PENDIDIKAN
ALAMAT
1
Fadlun Haryanto, S.Ag
PPP
S1
Kec. Mirit
2
Untung Sunarto
PPP
SMA
Kec. Pejagoan
3
Misbachul Ghorib Najmudin
PPP
SMA
Kec. Petanahan
4
Drs. Makhbur Adam M.
PKB
S1
Kec. Petanahan
5
Ir. Sri Hari Susanti, MM
PKB
S2
Kec. Mirit
6
KH. Mohammad Dawami, S.Pd, I
PKB
S1
Kec. Klirong
7
Nur Ismail Anas
PAN
SMA
Kec. Petanahan
8
Taufik Hamzah, S.IP
PAN
S1
Kec. Karanganyar
9
Drs. Eno Safrudin
PAN
S1
Kec. Ayah
10
H. Probo Indartono, SE
PDIP
S1
Kec. Buluspesantren
11
Diana Lestari Subekti P.
PDIP
D1
Kec. Petanahan
12
Agus Suprapto
PDIP
S1
Kec. Mirit
13
H. Rachmat OY Basuki, SH
PDIP
S1
Kec. Ambal
14
Heri Budiyanto
PDIP
SMA
Kec. Pejagoan
15
Budi Adi
PDIP
SMA
Kec. Karanganyar
16
Mohammad Sidiq Permana
PDIP
SMA
Kec. Karanganyar
17
Priyo Raharjo
PDIP
SMA
Kec. Ayah
18
Nuryanto Pramudono
PDIP
SMA
Kec. Pejagoan
19
M. Stevani Dwi Artiningsih
PDIP
SMA
Kec. Karanganyar
20
Purwanto
Golkar
SMA
Kec. Buluspesantren
21
Ambar Sugito
Golkar
SMA
Kec. Pejagoan
22
Suprapto
Golkar
SMA
Kec. Karanganyar
23
Ir. Slamet Marsoem
Golkar
S1
Kec. Karanganyar
          Sumber: KPUD Kebumen

 Sedangkan pada pileg tahun 2009, dari jumlah total anggota DPRD Kebumen  yaitu 50 anggota, 21 anggota diantaranya berasal dari Masyarakat Pesisir.



DAFTAR ANGGOTA DPRD KEBUMEN PERIODE 2009-2014
BERASAL DARI DAERAH PESISIR
NO
NAMA
PARTAI
PENDIDIKAN
ALAMAT
1
Supriyanto, SHI
Demokrat
S1
Kec. Mirit
2
Mukhiban
Demokrat
SMK
Kec. Puring
3
Maijan
Demokrat
SMA
Kec. Ayah
4
Woro Retnoningrum
PAN
D III
Kec. Mirit
5
Supriyati
PAN
SMA
Kec. Ayah
6
Gito Prasetyo
PAN
S1
Kec. Klirong
7
Achmad Baedowi, S.Ag
PKNU
S1
Kec. Buluspesantren
8
Yuniati Widyaningsih, SE
Golkar
S1
Kec. Pejagoan
9
Purwanto
Golkar
SMA
Kec. Buluspesantren
10
H. Probo Indartono, SE, M.Si
PDIP
S2
Kec. Buluspesantren
11
Diana Lestari Subekti P.
PDIP
D1
Kec. Petanahan
12
Agus Nuryanto
PDIP
SMA
Kec. Puring
13
Ir. Sri Hari Susanti, MM
PKB
S2
Kec. Klirong
14
Untung Sunarto, As
PPP
SMA
Kec. Pejagoan
15
Mukayat, S.Ag
PPP
S1
Kec. Ambal
16
Burhanudin, SH
PPP
S1
Kec. Puring
17
Akhmad Khaeroni
PPP
SMA
Kec. Ayah
18
Taufik Hamzah
PAN
S1
Kec. Karanganyar
19
H. Suprapto HS.
Golkar
SMA
Kec. Karanganyar
20
M. Stevani Dwi Artiningsih
PDIP
SMA
Kec. Karanganyar
21
Sunarto
Gerindra
SMA
Kec. Karanganyar
          Sumber: KPUD Kebumen

 Semakin banyak Masyarakat Pesisir Kebumen yang berpartisipasi dalam kegiatan politik, hal ini menarik bagi penulis untuk menganalisis perilaku politik Masyarakat Pesisir Kebumen.
Penulis berupaya menjelaskan motif partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik melalui pendekatan rational choice.


B.     RUMUSAN MASALAH
v  Apa motif partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik?
C.    TUJUAN DAN MANFAAT
a)      Tujuan
v  Mengetahui motif partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik
b)      Manfaat
v  Memberikan sumbangan dan menambah refrensi dalam Ilmu Pengetahuan tentang motif partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik.

D.    KERANGKA TEORI
1. Partisipasi politik
Partisipasi politik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perilaku politik warga negara. Huntington dan Nelson[3] memberikan definisi bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah.
Dari definisi tersebut,  beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan adalah partisipasi politik bukan semata sikap-sikap, namun merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat empiris , merupakan kegiatan warga negara asli (preman), bukan individu-individu yang bermain di wilayah pemerintahan; pokok perhatiannya adalah kegiatan yang mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah, dan kegiatan tersebut tidak memperdulikan berhasil atau tidaknya tujuan yang hendak dicapai, yaitu mempengaruhi keputusan dan tindakan pemerintah.
Partisipasi politik banyak diwujudkan dalam berbagai bentuk. Beberapa diantaranya adalah lobbying, kegiatan organisasi, mencari koneksi (contacting), tindak kekerasan (violence), dan kegiatan pemilihan. Kegiatan yang terakhir ini mencakup suara sekaligus sumbangan-sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan.
Secara lebih spesifik, Budiardjo mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau parlemen dan sebagainya.

2. Perilaku Politik
Perilaku politik merupakan interaksi antara aktor-aktor politik baik masyarakat, pemerintah, dan lembaga dalam proses politik. Paling tidak dalam proses politik ada pihak yang memerintah, ada yang menentang dan ada yang menaati serta mempengaruhi dalam proses politik, baik dalam pembuatan, pelaksanaan dan penegakkan kebijakan. Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik[4].
Kecenderungan perilaku politik masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh budaya masyarakat. Menurut Zainuddin A. Rakhman[5], secara sosiokultural, masyarakat Indonesia memiliki elemen-elemen budaya yang bersifat dualis  dalam pola-pola budaya politiknya. Dualisme tersebut secara garis besar berkaitan dengan tiga hal, yaitu (1) dualisme antara kebudayaan yang mengutamakan keharmonisan dan kedinamisan, (2) dualisme antara budaya dan tradisi yang mengutamakan keleluasaan dan keterbatasan, dan (3) dualisme yang merupakan implikasi masuknya nilai-nilai barat di dalam masyarakat Indonesia.
Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, perilaku politik masyarakat juga dipengaruhi oleh agama dan keyakinan. Agama telah memberikan nilai-nilai etika dan moral politik yang memberikan pengaruh bagi masyarakat dalam perilaku politiknya. Keyakinan dan agama apapun merupakan pedoman dan acuan yang penuh dengan norma-norma dan kaidah-kaidah yang dapat mendorong dan mengarahkan perilaku politik sesuai dengan agama dan keyakinannya. Proses-proses politik dan partisipasi warga paling tidak dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pemahaman seseorang.
Pendekatan Perilaku Politik
Perilaku politik warga negara seringkali dikaitkan dengan kegiatan mereka dalam memilih wakilnya maupun pemimpinnya dalam pemilihan umum yang diadakan oleh negara yang demokratis. Oleh karena itu, tepat kiranya untuk menjelaskan beberapa pendekatan dalam perilaku politik yang diklasifikasikan oleh beberapa ilmuwan politik.
Perilaku dapat didekati dengan pendekatan rasional. Pendekatan ini berkembang atas kritik kepada dua pendekatan dalam perilaku politik baik pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis yang menempatkan pemilih pada waktu dan ruang yang kosong. Pemilih seakan-akan menjadi pion yang mudah ditebak langkahnya. Dengan demikian, penjelasan-penjelasan perilaku memilih tidaklah harus permanen, seperti karakteristik sosiologis dan identifikasi partai tetapi berubah-ubah sesuai dengan waktu dan peristiwa-peristiwa dramatik yang juga menyangkut peristiwa-peristiwa yang mendasar.
Penggunaan pendekatan rasional dalam perilaku politik oleh ilmuwan politik sebenarnya diadaptasi dari ilmu ekonomi. Masyarakat dapat bertindak rasional, yaitu menekan ongkos sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Maka dalam perilaku memilih rasional (rational choice), pemilih bertindak rasional yaitu memilih kandidat atau partai politik yang dianggap mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan menekan kerugian sekecil-kecilnya. Dengan begitu, para pemilih diasumsikan mempunyai kemampuan untuk menilai isu-isu politik yang diajukan dan mampu menilai isu-isu tersebut. Penilaian rasional terhadap isu politik dan kandidat ini dapat berupa jabatan, informasi, pribadi yang popular karena prestasi di bidangnya masing-masing seperti seni, olahraga, film, organisasi politik, dan semacamnya.
Dalam khasanah perilaku memilih, pilihan pemilih berdasarkan pertimbangan isu dan kandidat di atas juga dikenal dengan teori spasial.[6] Teori ini mengasumsikan bahwa para pemilih memilih kandidat yang paling mewakili posisi kebijakan dan kandidat yang dapat memaksimalkan aspirasi mereka. Hucfedlt Carmines menjelaskan bahwa perilaku memilih yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional dan kepentingan diri sendiri disebut sebagai tradisi ekonomi politik (political economy tradition) .
Penelitian Terdahulu
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Imam Subawi, tentang Perilaku Politik Masyarakat Jelang Pemilu 2009,[7] mengatakan bahwa Pilihan politik pasca reformasi sangat lekat dengan background sosiologis dan keberagamaan, misalnya masyarakat yang memiliki kedekatan sosiologis Islam kulturan dan NU akan lebih memilih PKB, Muhammadiyah ke PAN, kelompok nasionalis abangan dan aliran kepercayaan ke PDI-P, dan seterusnya. Selain itu, ketokohan seseorang yang sangat kuat mempengaruhi pilihan politik masyarakat juga sudah sangat memudar. Simbol-simbol tokoh politik, tokoh organisasi, tokoh masyarakat, kiai, dan sebagainya, sekarang terasa kurang mampu mempengaruhi atau membelokkan pilihan politik masyarakat. Masyarakat sudah terasa sekali memiliki pilihan politiknya masing-masing, mencoba melepaskan diri dari kungkungan politik tokoh, aliran, maupun partai yang selama ini diikutinya.
     
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Benny Nuggraha menjelaskan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Sokaraja adalah “asal daerah”. Dimana masyarakat Sokaraja menganggap bahwa calon yang berasal dari daerah sendiri lebih memahami permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Ketiga, J. Kristiadi[8] menjelaskan bahwa tingkat pendidikan, profesi, struktur usia, dan tempat tinggal (desa-kota) tidak mempengaruhi perilaku memilih.
Keempat, Affan Gaffar menyimpulkan bahwa kelas yang diukur dengan tingkat pendidikan, kepemilikan tanah, dan kedudukan tidak mempengaruhi perilaku memilih artinya tidak ada perbedaan antara mereka yang statusnya kelas atas, menengah, dan kelas bawah dalam menentukan pilihan.
Kelima, Udin Hamin[9] melakukan penelitian perilaku memilih etnis di Kota Tidore Kepulauan menjelaskan bahwa rasionalitas, pertimbangan program partai, identifikasi partai, budaya dan lingkungan sosial berpengaruh kuat terhadap perilaku memilih kepala daerah pada masyarakat.
Keenam, Darussalam[10] menemukan bahwa faktor psikologis sangat besar peranannya untuk menjelaskan perilaku memilih di Indonesia. Sedangkan faktor sosiologis dan faktor rasional tidak terlihat dampaknya terhadap perilaku memilih di Indonesia.



BAB 2
PEMBAHASAN


A.    Motif Partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen Dalam Kegiatan Politik
            Penulis disini berupaya menjelaskan motif partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik melalui pendekatan rational choice. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap motif partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik selama ini, penulis memetakan dalam berbagai aspek, yaitu:

1)      Pilihan Politik Berdasarkan Uang
Kondisi ini muncul karena Masyarakat Pesisir Kebumen merasakan bahwa segala bentuk gerakan politik para pemimpin mereka selalu menghitung kalkulasi uang, politik dagang sapi dan perjuangan mereka terhadap kepentingan masyarakat tidak bisa dirasakan. Dalam kondisi seperti ini, apriori masyarakat sangat tinggi terhadap partai politik, tokoh politik, azas partai, dan janji-janji politik.
Mereka kurang mempedulikan calon wakil atau pemimpin itu diberangkatkan dari partai apa, platform partai seperti apa, program kerja seperti apa, background organisasi massa dari mana, background personil calon seperti apa, semuanya menjadi kurang diperhatikan. Yang penting bagi mereka, siapa yang memberikan uang, dia yang akan dipilih.
2)      Apriori Politik
Dimana Masyarakat Pesisir Kebumen benar-benar tidak peduli terhadap perkembangan politik, situasi politik terakhir, apa yang terjadi, siapa calonnya, apa partainya, dan sebagainya. Sehingga saat Pemilu, mereka tidak peduli. Lebih baik bekerja di sawah, di bangunan, di rumah bersama keluarga, lebih baik pergi entah kemana, dan sebagainya. Jika ada calon yang memberikan sesuatu, tetap diterima begitu saja tetapi tidak peduli akan memilih atau tidak. Kelompok ini banyak ditemukan di anak-anak muda.. Karena sangat mudah ditemukan ketika hari H pemilu, banyak orang-orang yang tetap fokus bekerja seperti biasa tanpa peduli adanya pemilu. Mereka bukan tidak tahu adanya hari H pemilu, tetapi mereka memang tidak peduli adanya pemilu.

3)      Memilih Calon yang Dikenal dan Dekat       
Alasan Masyarakat Pesisir Kebumen memilih calon yang dikenal dan dekat, karena  memilih orang yang tidak dikenal hanya akan muspro atau tidak berguna. Sebab jika sudah jadi dewan, jadi pemimpin politik, nantinya mereka tetap tidak kenal dengan pemilih, tidak mungkin ingat ke pemilihnya. Namun, jika yang jadi dewan atau pemimpin adalah orang yang dikenal, minimal jika akan minta sumbangan sudah kenal, jika ingin menyampaikan aspirasi lebih mudah. Harapannya, pembangunan di lingkungan sekitarnya juga lebih jelas, karena ada dewan yang memperjuangkan lingkungannya. Memilih calon dewan yang dekat dengan domisili calon, dinilai akan lebih bermanfaat dibanding memilih calon dewan yang domisilinya jauh dari rumah pemilih.
4)      Partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam pemilihan legislatif
Sejauh pengamatan penulis selama ini, partisipasi Masyarakat Pesisir dalam kegiatan politik adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Masyarakat Pesisir Kebumen lebih menekankan pada pengeluaran ongkos sekecil-kecilnya untuk menjadi anggota DPRD. Setelah terpilih menjadi anggota DPRD mereka hanya berorientasi untuk memperkaya diri, sehingga kurang memperhatikan masalah-masalah yang ada di masyarakat atau dalam memperjuangkan aspirasi rakyat tidak serius. Contohnya, sekarang ini terjadi polemik penambangan pasir besi di Kecamatan Mirit. Dimana mayoritas Masyarakat Pesisir menolak adanya penambangan pasir besi tersebut. Namun, pemerintah daerah dan anggota DPRD telah menyetujui pensmbangan pasir besi tersebut tanpa melakukan dialog dengan masyarakat terlebih dahulu.









BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Mekanisme politik banyak mengalami perubahan pasca reformasi 1998, terutama ditujukan pada sistem pemilihan umum yang diamanatkan melalui Amandemen ke-4 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu perekrutan anggota badan perwakilan, presiden dan wakilnya serta kepala daerah secara langsung.
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa motif partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik adalah “memperhitungkan keuntungan yang didapat”.

B.     Rekomendasi
Perilaku politik seseorang dapat lahir secara otonom, namun juga dapat di mobilisasi oleh kelompok tertentu demi mendapatkan kekuasaan yang diinginkan. Pemilu merupakan salah satu prasyarat demokratisasi. Pemilihan umum dapat menimbulkan efek negatif dan efek positif. Efek negatif yang terjadi apabila kesempatan untuk menggunakan ruang demokrasi tidak digunakan dengan baik oleh rakyat yang akhirnya ruang tersebut digunakan oleh sekelompok elit. Efek positif yang ditimbulkan adalah adanya peran serta masyarakat dalam partisipasi menentukan hidupnya dengan cara memilih pemimpin lewat prosedur yang telah ditentukan. Selain itu, berupa partisipasi dapat berjalan dengan baik bila masyarakat menggunakan dengan sebaik-baiknya ruang demokrasi ini. Masyarakat dapat mempertimbangkan para kandidat demi kepentingan dan kemajuan daerahnya. Pendeknya, demokratisasi dapat berjalan dengan baik ketika masyarakat lebih rasional dalam menentukan tindakan politik mereka.
Perlunya sosialisasi politik berupa komunikasi politik dan pendidikan politik bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat menggunakan hak pilih dan hak politiknya dengan baik. Untuk itu, tugas kitalah kalangan akademisi untuk mensosialisasikan hal ini. Dengan membentuk masyarakat yang rasional dalam politik, maka demokratisasi dapat berjalan dengan dinamis tanpa “pembajakan”.       




DAFTAR PUSTAKA
Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Budiardjo, Miriam (Penyunting). 1998. Partisipasi dan Partai Politik : Sebuah Bunga Rampai, Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sastroatmodjo, Sudijono.1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Muhammad Asfar. 2006. Pemilu dan Perilaku Memilih. Surabaya: Pustaka Eureka.
Jurnal Ilmu Politik dan Pembangunan, Volume 6 Nomor 1 April 2004, Laboratorium Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Hamin, Udin.2004.(Tesis) Perilaku Memilih Etnis Gorontalo Pada Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Kota Tidore Kepulauan. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.
Darussalam. 2004. (Tesis) Media Televisi dan Perilaku Memilih Masyarakat: Perolehan Suara Partai Amanat Nasional pada Pemilu Legislatif dan Amien Rais pada Pemilu Presiden Pertama Tahun 2004. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.


 


[1] Ramlan Surbakti, 1992, Memahami Ilmu Politik, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Halaman 13.
[2] Miriam Budiardjo (Penyunting), 1998, Partisipasi dan Partai Politik : Sebuah Bunga Rampai, Edisi Ketiga, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Halaman 3.
[3]Miriam Budiardjo (Penyunting), 1998, Partisipasi dan Partai Politik : Sebuah Bunga Rampai, Edisi Ketiga, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Halaman 3.
[4] Ramlan Surbakti, 1992, Memahami Ilmu Politik, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Halaman 13.
[5] Sudijono Sastroatmodjo, 1995, Perilaku Politik, IKIP Semarang Press, Semarang. Halaman 24-25.
[6] Muhammad Asfar, 2006, Pemilu dan Perilaku Memilih, Pustaka Eureka, Surabaya. Halaman 148.
[8]Jurnal Ilmu Politik dan Pembangunan, Volume 6 Nomor 1 April 2004, Laboratorium Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Halaman 30.
[9]Udin Hamin, 2004, (Tesis) Perilaku Memilih Etnis Gorontalo Pada Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Kota Tidore Kepulauan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
[10]Darussalam, 2004, (Tesis) Media Televisi dan Perilaku Memilih Masyarakat: Perolehan Suara Partai Amanat Nasional pada Pemilu Legislatif dan Amien Rais pada Pemilu Presiden Pertama Tahun 2004, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar