Sakir
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, UMY
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Perilaku
politik merupakan interaksi antara aktor-aktor politik baik masyarakat,
pemerintah, dan lembaga dalam proses politik. Paling tidak dalam proses politik
ada pihak yang memerintah, ada yang menentang dan ada yang menaati serta
mempengaruhi dalam proses politik, baik dalam pembuatan, pelaksanaan dan
penegakkan kebijakan. Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang
berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.[1]
Partisipasi
politik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perilaku politik
warga negara. Huntington dan Nelson[2]
memberikan definisi bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang
bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan
keputusan pemerintah.
Dalam
kegiatan politik pada struktur dan bentuk apapun, tidak akan terlepas dari
tingkah laku manusianya sebagai penggerak kegiatan politik tersebut. Perilaku
manusia dalam kehidupan politik ini sebagai perilaku yang tidak terpisah dari kelompok, golong atau partai.
Dalam tinjauan pskologis setiap individu yang berada dalam situasi kebersamaan,
akan menunjukkan gejala-gejala yang berbeda dibandingkan dengan individu yang
tidak terikat oleh suatu kelompok atau golongan.
Tingkah
laku kolektif (collective behavior)
seseorang menjadi perhatian juga dalam kegiatan politik, karena tingkah laku
kolektif berada pada infrastruktur politik yang berpengaruh secara efektif
terhadap situasi politik, sistem politik dan kegiatan politik. Karena
jaringan-jaringan yang ada dalam infrastruktur dapat memanfaatkan tingkah laku
kolektif seseorang ke arah yang bermanfaat ataukah dimobilisasi untuk
maksud-maksud politik di dalam memperoleh kekuasaan politik.
Pada
pileg tahun 2004, dari jumlah total anggota DPRD Kabupaten Kebumen yaitu 45
anggota, 23 anggota diantaranya berasal dari masyarakat pasisir.
DAFTAR
ANGGOTA DPRD KEBUMEN PERIODE 2004-2009
BERASAL
DARI DAERAH PESISIR
NO
|
NAMA
|
PARTAI
|
PENDIDIKAN
|
ALAMAT
|
1
|
Fadlun
Haryanto, S.Ag
|
PPP
|
S1
|
Kec.
Mirit
|
2
|
Untung
Sunarto
|
PPP
|
SMA
|
Kec.
Pejagoan
|
3
|
Misbachul
Ghorib Najmudin
|
PPP
|
SMA
|
Kec.
Petanahan
|
4
|
Drs.
Makhbur Adam M.
|
PKB
|
S1
|
Kec.
Petanahan
|
5
|
Ir.
Sri Hari Susanti, MM
|
PKB
|
S2
|
Kec.
Mirit
|
6
|
KH.
Mohammad Dawami, S.Pd, I
|
PKB
|
S1
|
Kec.
Klirong
|
7
|
Nur
Ismail Anas
|
PAN
|
SMA
|
Kec.
Petanahan
|
8
|
Taufik
Hamzah, S.IP
|
PAN
|
S1
|
Kec.
Karanganyar
|
9
|
Drs.
Eno Safrudin
|
PAN
|
S1
|
Kec.
Ayah
|
10
|
H.
Probo Indartono, SE
|
PDIP
|
S1
|
Kec.
Buluspesantren
|
11
|
Diana
Lestari Subekti P.
|
PDIP
|
D1
|
Kec.
Petanahan
|
12
|
Agus
Suprapto
|
PDIP
|
S1
|
Kec.
Mirit
|
13
|
H.
Rachmat OY Basuki, SH
|
PDIP
|
S1
|
Kec.
Ambal
|
14
|
Heri
Budiyanto
|
PDIP
|
SMA
|
Kec.
Pejagoan
|
15
|
Budi
Adi
|
PDIP
|
SMA
|
Kec.
Karanganyar
|
16
|
Mohammad
Sidiq Permana
|
PDIP
|
SMA
|
Kec.
Karanganyar
|
17
|
Priyo
Raharjo
|
PDIP
|
SMA
|
Kec.
Ayah
|
18
|
Nuryanto Pramudono
|
PDIP
|
SMA
|
Kec.
Pejagoan
|
19
|
M. Stevani Dwi Artiningsih
|
PDIP
|
SMA
|
Kec.
Karanganyar
|
20
|
Purwanto
|
Golkar
|
SMA
|
Kec.
Buluspesantren
|
21
|
Ambar Sugito
|
Golkar
|
SMA
|
Kec.
Pejagoan
|
22
|
Suprapto
|
Golkar
|
SMA
|
Kec.
Karanganyar
|
23
|
Ir. Slamet Marsoem
|
Golkar
|
S1
|
Kec.
Karanganyar
|
Sumber: KPUD Kebumen
Sedangkan pada pileg tahun 2009, dari jumlah
total anggota DPRD Kebumen yaitu 50
anggota, 21 anggota diantaranya berasal dari Masyarakat Pesisir.
DAFTAR
ANGGOTA DPRD KEBUMEN PERIODE 2009-2014
BERASAL
DARI DAERAH PESISIR
NO
|
NAMA
|
PARTAI
|
PENDIDIKAN
|
ALAMAT
|
1
|
Supriyanto,
SHI
|
Demokrat
|
S1
|
Kec.
Mirit
|
2
|
Mukhiban
|
Demokrat
|
SMK
|
Kec.
Puring
|
3
|
Maijan
|
Demokrat
|
SMA
|
Kec.
Ayah
|
4
|
Woro
Retnoningrum
|
PAN
|
D
III
|
Kec.
Mirit
|
5
|
Supriyati
|
PAN
|
SMA
|
Kec.
Ayah
|
6
|
Gito
Prasetyo
|
PAN
|
S1
|
Kec.
Klirong
|
7
|
Achmad
Baedowi, S.Ag
|
PKNU
|
S1
|
Kec.
Buluspesantren
|
8
|
Yuniati
Widyaningsih, SE
|
Golkar
|
S1
|
Kec.
Pejagoan
|
9
|
Purwanto
|
Golkar
|
SMA
|
Kec.
Buluspesantren
|
10
|
H.
Probo Indartono, SE, M.Si
|
PDIP
|
S2
|
Kec.
Buluspesantren
|
11
|
Diana
Lestari Subekti P.
|
PDIP
|
D1
|
Kec.
Petanahan
|
12
|
Agus
Nuryanto
|
PDIP
|
SMA
|
Kec.
Puring
|
13
|
Ir.
Sri Hari Susanti, MM
|
PKB
|
S2
|
Kec.
Klirong
|
14
|
Untung
Sunarto, As
|
PPP
|
SMA
|
Kec.
Pejagoan
|
15
|
Mukayat,
S.Ag
|
PPP
|
S1
|
Kec.
Ambal
|
16
|
Burhanudin,
SH
|
PPP
|
S1
|
Kec.
Puring
|
17
|
Akhmad
Khaeroni
|
PPP
|
SMA
|
Kec.
Ayah
|
18
|
Taufik Hamzah
|
PAN
|
S1
|
Kec.
Karanganyar
|
19
|
H. Suprapto HS.
|
Golkar
|
SMA
|
Kec.
Karanganyar
|
20
|
M. Stevani Dwi Artiningsih
|
PDIP
|
SMA
|
Kec.
Karanganyar
|
21
|
Sunarto
|
Gerindra
|
SMA
|
Kec.
Karanganyar
|
Sumber: KPUD Kebumen
Semakin banyak Masyarakat Pesisir Kebumen yang
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hal ini menarik bagi penulis untuk
menganalisis perilaku politik Masyarakat Pesisir Kebumen.
Penulis
berupaya menjelaskan motif partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam
kegiatan politik melalui pendekatan rational
choice.
B.
RUMUSAN
MASALAH
v Apa
motif partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik?
C.
TUJUAN
DAN MANFAAT
a) Tujuan
v Mengetahui
motif partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik
b) Manfaat
v Memberikan
sumbangan dan menambah refrensi dalam Ilmu Pengetahuan tentang motif
partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik.
D.
KERANGKA
TEORI
1.
Partisipasi politik
Partisipasi
politik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perilaku politik
warga negara. Huntington dan Nelson[3]
memberikan definisi bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang
bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan
keputusan pemerintah.
Dari
definisi tersebut, beberapa aspek
penting yang perlu diperhatikan adalah partisipasi politik bukan semata
sikap-sikap, namun merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat empiris ,
merupakan kegiatan warga negara asli (preman), bukan individu-individu yang
bermain di wilayah pemerintahan; pokok perhatiannya adalah kegiatan yang
mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah, dan kegiatan tersebut tidak
memperdulikan berhasil atau tidaknya tujuan yang hendak dicapai, yaitu
mempengaruhi keputusan dan tindakan pemerintah.
Partisipasi
politik banyak diwujudkan dalam berbagai bentuk. Beberapa diantaranya adalah lobbying,
kegiatan organisasi, mencari koneksi (contacting), tindak kekerasan (violence),
dan kegiatan pemilihan. Kegiatan yang terakhir ini mencakup suara sekaligus
sumbangan-sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari
dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi
hasil proses pemilihan.
Secara lebih
spesifik, Budiardjo mendefinisikan
partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut
serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan
negara, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota
suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting)
dengan pejabat pemerintah atau parlemen dan sebagainya.
2.
Perilaku Politik
Perilaku
politik merupakan interaksi antara aktor-aktor politik baik masyarakat,
pemerintah, dan lembaga dalam proses politik. Paling tidak dalam proses politik
ada pihak yang memerintah, ada yang menentang dan ada yang menaati serta
mempengaruhi dalam proses politik, baik dalam pembuatan, pelaksanaan dan
penegakkan kebijakan. Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang
berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik[4].
Kecenderungan
perilaku politik masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh budaya masyarakat.
Menurut Zainuddin A. Rakhman[5],
secara sosiokultural, masyarakat Indonesia memiliki elemen-elemen budaya yang
bersifat dualis dalam pola-pola budaya
politiknya. Dualisme tersebut secara garis besar berkaitan dengan tiga hal,
yaitu (1) dualisme antara kebudayaan yang mengutamakan keharmonisan dan
kedinamisan, (2) dualisme antara budaya dan tradisi yang mengutamakan
keleluasaan dan keterbatasan, dan (3) dualisme yang merupakan implikasi
masuknya nilai-nilai barat di dalam masyarakat Indonesia.
Selain
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, perilaku politik masyarakat juga
dipengaruhi oleh agama dan keyakinan. Agama telah memberikan nilai-nilai etika
dan moral politik yang memberikan pengaruh bagi masyarakat dalam perilaku
politiknya. Keyakinan dan agama apapun merupakan pedoman dan acuan yang penuh
dengan norma-norma dan kaidah-kaidah yang dapat mendorong dan mengarahkan
perilaku politik sesuai dengan agama dan keyakinannya. Proses-proses politik
dan partisipasi warga paling tidak dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
pemahaman seseorang.
Pendekatan
Perilaku Politik
Perilaku
politik warga negara seringkali dikaitkan dengan kegiatan mereka dalam memilih
wakilnya maupun pemimpinnya dalam pemilihan umum yang diadakan oleh negara yang
demokratis. Oleh karena itu, tepat kiranya untuk menjelaskan beberapa
pendekatan dalam perilaku politik yang diklasifikasikan oleh beberapa ilmuwan
politik.
Perilaku
dapat didekati dengan pendekatan rasional. Pendekatan ini berkembang atas
kritik kepada dua pendekatan dalam perilaku politik baik pendekatan sosiologis
dan pendekatan psikologis yang menempatkan pemilih pada waktu dan ruang yang
kosong. Pemilih seakan-akan menjadi pion yang mudah ditebak langkahnya. Dengan
demikian, penjelasan-penjelasan perilaku memilih tidaklah harus permanen,
seperti karakteristik sosiologis dan identifikasi partai tetapi berubah-ubah
sesuai dengan waktu dan peristiwa-peristiwa dramatik yang juga menyangkut
peristiwa-peristiwa yang mendasar.
Penggunaan
pendekatan rasional dalam perilaku politik oleh ilmuwan politik
sebenarnya diadaptasi dari ilmu ekonomi. Masyarakat dapat bertindak rasional,
yaitu menekan ongkos sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya. Maka dalam perilaku memilih rasional (rational choice),
pemilih bertindak rasional yaitu memilih kandidat atau partai politik yang
dianggap mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan menekan kerugian
sekecil-kecilnya. Dengan begitu, para pemilih diasumsikan mempunyai kemampuan
untuk menilai isu-isu politik yang diajukan dan mampu menilai isu-isu tersebut.
Penilaian rasional terhadap isu politik dan kandidat ini dapat berupa jabatan,
informasi, pribadi yang popular karena prestasi di bidangnya masing-masing
seperti seni, olahraga, film, organisasi politik, dan semacamnya.
Dalam
khasanah perilaku memilih, pilihan pemilih berdasarkan pertimbangan isu dan
kandidat di atas juga dikenal dengan teori spasial.[6]
Teori ini mengasumsikan bahwa para pemilih memilih kandidat yang paling
mewakili posisi kebijakan dan kandidat yang dapat memaksimalkan aspirasi
mereka. Hucfedlt Carmines
menjelaskan bahwa perilaku memilih yang didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan rasional dan kepentingan diri sendiri disebut sebagai
tradisi ekonomi politik (political economy tradition) .
Penelitian
Terdahulu
Pertama,
penelitian yang dilakukan oleh Imam
Subawi, tentang Perilaku Politik
Masyarakat Jelang Pemilu 2009,[7]
mengatakan bahwa Pilihan
politik pasca reformasi sangat lekat dengan background sosiologis dan
keberagamaan, misalnya masyarakat yang memiliki kedekatan sosiologis Islam
kulturan dan NU akan lebih memilih PKB, Muhammadiyah ke PAN, kelompok
nasionalis abangan dan aliran kepercayaan ke PDI-P, dan seterusnya. Selain itu,
ketokohan seseorang yang sangat kuat mempengaruhi pilihan politik masyarakat
juga sudah sangat memudar. Simbol-simbol tokoh politik, tokoh organisasi, tokoh
masyarakat, kiai, dan sebagainya, sekarang terasa kurang mampu mempengaruhi
atau membelokkan pilihan politik masyarakat. Masyarakat sudah terasa sekali
memiliki pilihan politiknya masing-masing, mencoba melepaskan diri dari
kungkungan politik tokoh, aliran, maupun partai yang selama ini diikutinya.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Benny Nuggraha menjelaskan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi
perilaku pemilih masyarakat Sokaraja adalah “asal daerah”. Dimana masyarakat
Sokaraja menganggap bahwa calon yang berasal dari daerah sendiri lebih memahami
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Ketiga, J.
Kristiadi[8]
menjelaskan bahwa tingkat pendidikan, profesi, struktur usia, dan tempat
tinggal (desa-kota) tidak mempengaruhi perilaku memilih.
Keempat,
Affan Gaffar menyimpulkan bahwa
kelas yang diukur dengan tingkat pendidikan, kepemilikan tanah, dan kedudukan
tidak mempengaruhi perilaku memilih artinya tidak ada perbedaan antara mereka
yang statusnya kelas atas, menengah, dan kelas bawah dalam menentukan pilihan.
Kelima,
Udin Hamin[9]
melakukan penelitian perilaku memilih etnis di Kota Tidore Kepulauan
menjelaskan bahwa rasionalitas, pertimbangan program partai, identifikasi
partai, budaya dan lingkungan sosial berpengaruh kuat terhadap perilaku memilih
kepala daerah pada masyarakat.
Keenam,
Darussalam[10]
menemukan bahwa faktor psikologis sangat besar peranannya untuk menjelaskan
perilaku memilih di Indonesia. Sedangkan faktor sosiologis dan faktor rasional
tidak terlihat dampaknya terhadap perilaku memilih di Indonesia.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Motif
Partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen Dalam Kegiatan Politik
Penulis disini berupaya menjelaskan motif partisipasi
Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik melalui pendekatan rational choice. Berdasarkan pengamatan
penulis terhadap motif partisipasi Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan
politik selama ini, penulis memetakan dalam berbagai aspek, yaitu:
1) Pilihan
Politik Berdasarkan Uang
Kondisi
ini muncul karena Masyarakat Pesisir Kebumen merasakan bahwa segala bentuk
gerakan politik para pemimpin mereka selalu menghitung kalkulasi uang, politik
dagang sapi dan perjuangan mereka terhadap kepentingan masyarakat tidak bisa dirasakan.
Dalam kondisi seperti ini, apriori masyarakat sangat tinggi terhadap partai
politik, tokoh politik, azas partai, dan janji-janji politik.
Mereka
kurang mempedulikan calon wakil atau pemimpin itu diberangkatkan dari partai
apa, platform partai seperti apa, program kerja seperti apa, background
organisasi massa dari mana, background personil calon seperti apa, semuanya
menjadi kurang diperhatikan. Yang penting bagi mereka, siapa yang memberikan
uang, dia yang akan dipilih.
2) Apriori Politik
Dimana
Masyarakat Pesisir Kebumen benar-benar tidak peduli terhadap perkembangan
politik, situasi politik terakhir, apa yang terjadi, siapa calonnya, apa
partainya, dan sebagainya. Sehingga saat Pemilu, mereka tidak peduli. Lebih baik
bekerja di sawah, di bangunan, di rumah bersama keluarga, lebih baik pergi entah
kemana, dan sebagainya. Jika ada calon yang memberikan sesuatu, tetap diterima
begitu saja tetapi tidak peduli akan memilih atau tidak. Kelompok ini banyak
ditemukan di anak-anak muda.. Karena sangat mudah ditemukan ketika hari H pemilu,
banyak orang-orang yang tetap fokus bekerja seperti biasa tanpa peduli adanya pemilu.
Mereka bukan tidak tahu adanya hari H pemilu, tetapi mereka memang tidak peduli
adanya pemilu.
3) Memilih Calon yang Dikenal dan Dekat
Alasan
Masyarakat Pesisir Kebumen memilih calon yang dikenal dan dekat, karena memilih orang yang tidak dikenal hanya akan
muspro atau tidak berguna. Sebab jika sudah jadi dewan, jadi pemimpin politik,
nantinya mereka tetap tidak kenal dengan pemilih, tidak mungkin ingat ke
pemilihnya. Namun, jika yang jadi dewan atau pemimpin adalah orang yang
dikenal, minimal jika akan minta sumbangan sudah kenal, jika ingin menyampaikan
aspirasi lebih mudah. Harapannya, pembangunan di lingkungan sekitarnya juga
lebih jelas, karena ada dewan yang memperjuangkan lingkungannya. Memilih calon
dewan yang dekat dengan domisili calon, dinilai akan lebih bermanfaat dibanding
memilih calon dewan yang domisilinya jauh dari rumah pemilih.
4) Partisipasi
Masyarakat Pesisir Kebumen dalam pemilihan legislatif
Sejauh pengamatan penulis selama ini,
partisipasi Masyarakat Pesisir dalam kegiatan politik adalah untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. Masyarakat Pesisir Kebumen lebih menekankan pada
pengeluaran ongkos sekecil-kecilnya untuk menjadi anggota DPRD. Setelah
terpilih menjadi anggota DPRD mereka hanya berorientasi untuk memperkaya diri,
sehingga kurang memperhatikan masalah-masalah yang ada di masyarakat atau dalam
memperjuangkan aspirasi rakyat tidak serius. Contohnya, sekarang ini terjadi
polemik penambangan pasir besi di Kecamatan Mirit. Dimana mayoritas Masyarakat
Pesisir menolak adanya penambangan pasir besi tersebut. Namun, pemerintah
daerah dan anggota DPRD telah menyetujui pensmbangan pasir besi tersebut tanpa
melakukan dialog dengan masyarakat terlebih dahulu.
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mekanisme
politik banyak mengalami perubahan pasca reformasi 1998, terutama ditujukan
pada sistem pemilihan umum yang diamanatkan melalui Amandemen ke-4
Undang-Undang Dasar 1945 yaitu perekrutan anggota badan perwakilan, presiden
dan wakilnya serta kepala daerah secara langsung.
Berdasarkan
pembahasan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa motif partisipasi
Masyarakat Pesisir Kebumen dalam kegiatan politik adalah “memperhitungkan
keuntungan yang didapat”.
B.
Rekomendasi
Perilaku
politik seseorang dapat lahir secara otonom, namun juga dapat di mobilisasi
oleh kelompok tertentu demi mendapatkan kekuasaan yang diinginkan. Pemilu merupakan
salah satu prasyarat demokratisasi. Pemilihan umum dapat menimbulkan efek
negatif dan efek positif. Efek negatif yang terjadi apabila kesempatan untuk
menggunakan ruang demokrasi tidak digunakan dengan baik oleh rakyat yang
akhirnya ruang tersebut digunakan oleh sekelompok elit. Efek positif yang
ditimbulkan adalah adanya peran serta masyarakat dalam partisipasi menentukan
hidupnya dengan cara memilih pemimpin lewat prosedur yang telah ditentukan. Selain
itu, berupa partisipasi dapat berjalan dengan baik bila masyarakat menggunakan
dengan sebaik-baiknya ruang demokrasi ini. Masyarakat dapat mempertimbangkan
para kandidat demi kepentingan dan kemajuan daerahnya. Pendeknya, demokratisasi
dapat berjalan dengan baik ketika masyarakat lebih rasional dalam menentukan
tindakan politik mereka.
Perlunya
sosialisasi politik berupa komunikasi politik dan pendidikan politik bagi
masyarakat sehingga masyarakat dapat menggunakan hak pilih dan hak politiknya
dengan baik. Untuk itu, tugas kitalah kalangan akademisi untuk
mensosialisasikan hal ini. Dengan membentuk masyarakat yang rasional dalam
politik, maka demokratisasi dapat berjalan dengan dinamis tanpa
“pembajakan”.
DAFTAR PUSTAKA
Surbakti,
Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Budiardjo,
Miriam (Penyunting). 1998. Partisipasi dan Partai Politik : Sebuah Bunga
Rampai, Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sastroatmodjo, Sudijono.1995. Perilaku
Politik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Muhammad
Asfar. 2006. Pemilu dan Perilaku Memilih. Surabaya: Pustaka Eureka.
Jurnal
Ilmu Politik dan Pembangunan, Volume 6 Nomor 1 April 2004, Laboratorium Ilmu
Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Hamin, Udin.2004.(Tesis) Perilaku Memilih Etnis
Gorontalo Pada Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Kota Tidore
Kepulauan. Yogyakarta:Universitas
Gadjah Mada.
Darussalam. 2004. (Tesis)
Media Televisi dan Perilaku Memilih Masyarakat: Perolehan Suara Partai
Amanat Nasional pada Pemilu Legislatif dan Amien Rais pada Pemilu Presiden
Pertama Tahun 2004. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
[1] Ramlan Surbakti,
1992, Memahami Ilmu Politik, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Halaman 13.
[2] Miriam Budiardjo
(Penyunting), 1998, Partisipasi dan Partai Politik : Sebuah Bunga Rampai, Edisi
Ketiga, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Halaman 3.
[3]Miriam Budiardjo
(Penyunting), 1998, Partisipasi dan Partai Politik : Sebuah Bunga Rampai, Edisi
Ketiga, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Halaman 3.
[4] Ramlan Surbakti, 1992,
Memahami Ilmu Politik, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Halaman 13.
[5] Sudijono
Sastroatmodjo, 1995, Perilaku Politik, IKIP Semarang
Press, Semarang.
Halaman 24-25.
[6] Muhammad Asfar,
2006, Pemilu dan Perilaku Memilih, Pustaka Eureka, Surabaya. Halaman
148.
[8]Jurnal Ilmu Politik
dan Pembangunan, Volume 6 Nomor 1 April 2004, Laboratorium Ilmu Politik FISIP
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Halaman 30.
[9]Udin Hamin, 2004,
(Tesis) Perilaku Memilih Etnis Gorontalo Pada Pelaksanaan Pemilihan Kepala
Daerah Langsung di Kota Tidore Kepulauan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
[10]Darussalam, 2004,
(Tesis) Media Televisi dan Perilaku Memilih Masyarakat: Perolehan Suara
Partai Amanat Nasional pada Pemilu Legislatif dan Amien Rais pada Pemilu
Presiden Pertama Tahun 2004, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar